Jkt24.com – Sehari setelah menandatangani perjanjian pertahanan dengan Korea Utara, Presiden Rusia Vladimir Putin mendarat di ibu kota Vietnam, Hanoi. Presiden Vietnam memuji Putin atas kontribusi perdamaiannya, sementara Amerika Serikat mengkritik Vietnam karena mengundang pemimpin Rusia tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato dalam sebuah acara bersama Presiden Vietnam To Lam yang dihadiri oleh Asosiasi Persahabatan Vietnam di Gedung Opera Hanoi , pada Kamis (20 Juni).
Rusia dan Vietnam menandatangani perjanjian mengenai sejumlah isu termasuk energi. Kedua presiden menyaksikan pertukaran 12 perjanjian dan nota kesepahaman, termasuk kesepakatan di bidang minyak dan gas, ilmu nuklir dan pendidikan.
Rusia dan Vietnam Sepakati Perjanjian Kerja Sama
Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani setidaknya selusin perjanjian dengan Vietnam. Moskow berupaya untuk meningkatkan hubungan di Asia untuk mengimbangi meningkatnya isolasi internasional. atas perangnya di Ukraina.
Putin dan Presiden To Lam sepakat untuk lebih lanjut bekerja sama di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, eksplorasi minyak dan gas, serta energi bersih. Kedua negara juga sepakat untuk menyusun peta jalan pusat ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir di Vietnam.
Dari 12 perjanjian yang diumumkan secara publik, tidak ada yang secara terang-terangan berkaitan dengan pertahanan namun Lam mengatakan ada perjanjian lain yang tidak dipublikasikan.
Bangun Arsitektur Keamanan Asia Tenggara
Selain kerja sama di bidang ekonomi, Putin mengatakan dia ingin membangun “arsitektur keamanan yang dapat diandalkan” di kawasan Asia-Pasifik. Kunjungan ke Asia ini dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap Barat.
Putin telah berkontribusi terhadap “perdamaian, stabilitas dan pembangunan” di dunia,” kata Presiden Vietnam usai upacara penghormatan 21 senjata pada upacara militer Vietnam.
Dikutip oleh kantor berita Rusia TASS, kedua negara mempunyai kepentingan yang sama dalam “mengembangkan arsitektur keamanan yang dapat diandalkan” di kawasan berdasarkan tidak menggunakan kekerasan dan menyelesaikan perselisihan secara damai tanpa ruang untuk “blok militer-politik tertutup”.
Putin mengatakan kedua negara mempunyai kepentingan yang sama dalam mengembangkan arsitektur keamanan yang andal di kawasan Asia-Pasifik tanpa ruang bagi blok militer-politik yang tertutup. Lam menambahkan bahwa Rusia dan Vietnam ingin “bekerja sama lebih lanjut di bidang pertahanan dan keamanan untuk mengatasi tantangan keamanan non-tradisional.
Mengenai Laut Cina Selatan, Lam mengatakan bahwa kedua belah pihak akan mendukung dan menjamin keamanan, keselamatan, kebebasan navigasi dan penerbangan” serta penyelesaian perselisihan secara damai dan sesuai dengan hukum internasional tanpa menggunakan kekerasan, menurut media resmi Vietnam.
Pada acara lain, Lam mengatakan Putin terus memimpin Rusia “mengatasi semua kesulitan dan tantangan, pada saat yang sama berkontribusi terhadap perdamaian, stabilitas dan pembangunan di kawasan dan dunia”.
“Kami berkomitmen kuat untuk memperdalam kemitraan strategis komprehensif dengan Vietnam, yang tetap menjadi salah satu prioritas kebijakan luar negeri Rusia,” kata Putin seperti dikutip media Rusia.
Pada konferensi pers yang mengakhiri perjalanannya, Putin menuduh aliansi militer NATO menciptakan ancaman keamanan bagi Rusia di Asia, TASS melaporkan.
Barat dan Sekutunya Khawatir Safari Kunjungan Rusia ke Asia
Kunjungan Putin menuai kritik dari Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Sejak konflik Ukraina, pihak Barat dan Rusia bersitegang meski secara diplomatis. NATO sebagai pakta pertahanana Eropa Utara masih bersikap netral.
Kedatangan Putin ke Vietnam dikritik oleh UE dan Amerika Serikat, yang kini merupakan mitra penting yang meningkatkan hubungan diplomatik dengan Hanoi tahun lalu dan merupakan pasar ekspor utama Vietnam.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan seorang diplomat tinggi AS akan mengunjungi Vietnam minggu ini untuk menekankan komitmen Washington dalam bekerja sama untuk memastikan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Asisten Menteri Luar Negeri Daniel Kritenbrink “juga akan menegaskan kembali dukungan Amerika Serikat terhadap Vietnam yang kuat, mandiri, tangguh, dan sejahtera” selama kunjungannya, katanya.
Pendapat Para Pengamat Soal Kunjungan Putin
Sambutan hangat untuk Putin merupakan pencapaian hubungan masyarakat bagi pemimpin Rusia tersebut. Vietnam, tidak seperti Korea Utara, memiliki hubungan persahabatan dengan Amerika Serikat dan sekutunya, kata Zachary Abuza, seorang profesor di US National War College.
Upacara militer yang diadakan untuk menyambut Putin, yang dipeluk oleh Presiden Vietnam To Lam dan Perdana Menteri Pham Minh Chinh, merupakan upacara yang diperuntukkan bagi para kepala negara tertinggi. Seremoni penyambutan serupa ketika Presiden AS Joe Biden dan Presiden Tiongkok Xi Jinping mengunjungi Vietnam pada tahun lalu.
“Meskipun aspek kemeriahan dan kinerjanya jauh lebih sedikit dibandingkan di Korea Utara, kunjungan ini tetap penting bagi Putin karena Vietnam sebenarnya adalah aktor penting dalam perekonomian global, bukan negara paria yang lucu dan jahat,” kata Abuza.
Sejumlah pengamat geopolitik di Barat memandang safari Putin ke Asia untuk membuktikan bahwa dia ‘masih punya teman’, tulis para analis.
“Sambutan kemenangan Putin di Hanoi akan menandai sebuah titik tandingan terhadap kemunduran Rusia baru-baru ini,” kata Carlyle Thayer, profesor di Akademi Angkatan Pertahanan Australia, menyebutkan konferensi Ukraina baru-baru ini di Swiss dan sanksi baru Uni Eropa terhadap Rusia.
Itu adalah sanksi terbaru Barat yang dijatuhkan terhadap Rusia sejak invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022, yang oleh Moskow disebut sebagai “operasi militer khusus”.
Perjanjian antara Rusia dan Vietnam tidak sebesar perjanjian yang ditandatangani Putin dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada hari Rabu, yang menjanjikan bantuan timbal balik jika terjadi invasi, kata Nigel Gould-Davies, peneliti senior di Internasional Institute for Strategic Studies di London, dan mantan duta besar Inggris untuk Belarusia.