Asal-Usul Merk Rokok Bentoel, Berawal dari Mimpi di Makam!

Jkt24.com – Sobat Jkt pernah mendengar merk rokok Bentoel? Atau, yang sudah paruh baya mungkin juga pernah menghisap racikan tembakau rokok yang diproduksi di Malang dan ngetop di dekade 90-an.

Well, sekitar hampir dua dekade lalu, Bentoel masih menjadi pemain besar ke-3 di industri rokok tanah air. Sebagai info, di tahun 1960, karyawannya mencapai 3.000 orang. Bentoel tak ragu berpromosi. Dalam iklannya, tertulis: memang betul merokok tjap Bentoel.

Menariknya, merk atau nama “Bentoel” didapat setelah bos perusahaan sekaligus pendiri Ong Hok Liong, lewat mimpi. Sejak berubah menjadi PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel, merk ini melesat.

Kisah perusahaan tembakau di Malang ini berawal di era 1930-an. Ong Hok Liong bersama Tjoa Sioe Bian mendirikan pabrik bernama Strootjes-Fabriek Ong Hok Liong. Kemudian nama itu diubah menjadi Hien An Kongsie. Pabrik itu mulanya memproduksi rokok tjap Burung, tjap Klabang, dan Djeroek Manis ( sumber :Rudy Badil dalam Kretek Jawa: Gaya Hidup Lintas Budaya (2011:107).

Pada tahun 1951, nama perusahaan itu kemudian berubah lagi menjadi NV Pertjetakan Liem An. Nah, pada 1954 berubah menjadi PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel.

Asal-Usul Nama Bentoel

Pergantian nama perusahaan dari NV Pertjetakan Liem An menjadi Bentoel ternyata tak lepas dari pengalaman unik sang Boss. Bermula ketika Ong Hok Liong berziarah kemudian tertidur di dekat makam. Dalam tidurnya, ia bermimpi melihat ubi talas .

Setelah bangun, Ong Hok Liong lanjut bertanya kepada juru kunci makam tentang mimpinya. Menurut penjaga makam Mbah Djugo mimpi itu pertanda sang boss agar mengganti nama pabriknya.

Ong Hok Liong diketahui sebagai orang yang suka berziarah. George Quinn dalam buku Bandit Saints of Java (2019) menyebut pada 1954 Ong Hok Liong berziarah ke makam keramat Mbah Djugo di sekitar Gunung Kawi.

Sepulangnya dari ziarah, kondisi penjualan rokok di pabrik masih terbilang biasa saja. Ong Hok Liong kemudian mengganti merek rokoknya . Nama yang dipilih adalah sebutan Jawa untuk ubi talas, yakni bentul, yang sebelum ada Ejaan Yang Disempurnakan (1973) masih sering ditulis sebagai Bentoel.

“Ketika dia (Ong Hok Liong) meninggal pada tahun 1967 dia adalah seorang multi jutawan dan Bentoel telah tumbuh menjadi rokok pribumi terbesar kedua di Indonesia,” tulis George Quinn dalam Bandit Saints of Java (2019).

Perusahaan Bentoel kemudian dilanjutkan oleh anak-anak Ong Hok Liong. Bentoel mulai berkibar dan menjadi salah satu “Raja Rokok Indonesia”. Mereka pun sangat populer karena iklan di berbagai media, mulai dari televisi hingga film layar lebar. Salah satu takeline dan jingle dalam iklan Bentoel : “I love the blue of Indonesia..” begitu legendaris dan menancap di benak khalayak luas pemirsa.

Namun, setelah 1980-an, PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel mulai menghadapi tantangan. Mereka kewalahan dengan tagihan pinjaman dari BRI dan Bank Bumi Daya senilai US$ 170 juta. Belum lagi, utang dengan kreditor asing yang jumlahnya terus menggelembung hingga US$ 350 juta.

Akhirnya 70% saham keluarga Ong Hok Liong dilego. Hutomo Mandala Putra gagal membelinya. Kemudian Bentoel dipegang Peter Sondakh dan Rajawali Wira Bhakti Utama. Pada tahun 1997, aset Bentoel diserahkan kepada perusahaan baru bernama PT Bentoel Prima dan PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel bubar. Bentoel Prima pada 2000 ganti nama menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk.

Belakangan saham perusahaan itu dipegang oleh British American Tobacco, sebagai pemegang saham 92,48% dan sisa saham lain dipegang oleh masyarakat.

Nah, itulah fakta unik soal nama merk rokok Bentoel yang artinya Talas. Keren ya, mimpi talas dari Malang akhirnya diminati British American Tobacco.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *